Sains dan Iman



Aku yakin bahwa setiap manusia beriman yang mencari pengetahuan dan kebenaran berhak untuk membuat perbedaan di antara orang-orang yang memperoleh petunjuk dengan orang-orang yang tersesat. Seseorang yang memiliki kualifikasi kualifikasi misalnya seperti para ilmuwan-ilmuwan tentu berhak untuk menyatakan pendapatnya yang bersahaja walaupun pendapatnya itu mungkin benar dan mungkin pula salah.

• Baca juga: Islam dan Dunia Modern

Seorang yang kuhormati pengetahuannya dan yang sangat mempengaruhi sejarah pemikiran modern. Ia adalah Charles Darwin, penulis buku The Origins of Species dan pencetus teori evolusi. Memang tak dapat diragukan lagi bahwa semangat ilmiah yang dimiliki oleh Darwin patut dihormati dan dihargai demikian pula dengan observasi-observasi ilmiahnya yang sangat berharga walaupun di belakang hari ternyata bahwa di dalam teori-teorinya banyak terkandung kesalahan. Sebermula, Darwin adalah seorang manusia yang beriman, namun tanpa disadari dan disengajanya, imannya itu kian lama kian menipis, dan akhirnya ia menyadari bahwa ia tidak percaya kepada Tuhan.


Adakah hubungan antara sains yang ditekuninya itu dengan hilangnya imannya itu? Perlukah kita melihat hubungan antara sains dan hilangnya iman? Bukankah lebih baik jika seorang ilmuwan yang telah menemukan atau merumuskan sebuah teori yang sangat penting, seperti teori evolusi tersebut, memiliki iman yang semakin teguh kepada Allah? Tetapi Darwin sendiri mengakui bahwa apa yang terjadi terhadap dirinya itu adalah tanpa disengaja dan disadarinya.


Pada abad ke-18 dan ke-19 ada ilmuwan-ilmuwan yang menjadi sombong begitu menyaksikan sains-sains alam yang berkembang dengan pesat. Mereka mengira bahwa manusia telah menjadi Tuhan alam semesta. Tetapi pada zaman sekarang ini kita menyaksikan ilmuwan-ilmuwan yang lebih bersikap rendah. Karena, mereka menyadari bahwa sains-sains alam tersebut mempunyai keterbatasan. Mereka mengamati dan mempelajari fenomena-fenomena alam, mengklasifikasikan fenomena-fenomena tersebut, merumuskan teori-teori mengenai hukum alam, dan setelah itu mereka mengulangi pengamatan dan bereksperimen kembali, dan demikian seterusnya. Lagi pula, mereka ini pun mengetahui bahwa hukum-hukum alam tidak bersifat kausal tetapi deskriptif.

Dengan perkataan lain: mereka hanya menjelaskan apa yang terjadi dan tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan theologis: "Mengapa?", "Dari mana?" dan "Kemana?" Mereka merasa cukup dengan menjawab pertanyaan "Apa?". Mereka tidak dapat menjawab ketiga pertanyaan di atas karena pertanyaan-pertanyaan tersebut bersifat filosofis dan berada di luar bidang mereka.

Ada orang-orang yang mengatakan bahwa yang mengatur alam semesta ini adalah sebuah kekuatan universal, sebuah kesadaran universal, sebuah kekuatan yang tak dikenal, sebuah kekuatan vital, sebuah zat abadi atau yang lain-lainnya. Jika di dalam hal ini filsafat tidak dapat memberikan jawabannya, maka tampillah agama dengan jawaban bahwa kekuatan kreatif yang menggerakkan dan mengatur alam semesta itu adalah Allah. Sains memiliki indra dan alam semesta sebagai bidang aksi dan studinya; filsafat berada di atas sains; sedangkan yang teratas sekali adalah agama.

Sesungguhnya yang menyangkal eksistensi Sang Pencipta itu telah keluar dari bidang sains, karena mereka telah meninggalkan bidang mereka dan mencabuli bidang yang lebih luas. Kebodohan atau kesombongan mereka itu mungkin tidak terjadi karena kesengajaan tetapi secara insidental dan tak disadari seperti yang dialami oleh Darwin. Selanjutnya kebodohan atau kesombongan itu belum tentu disebabkan oleh disloyalitas, tetapi mungkin oleh pemikiran individual atau temperamen tertentu, karena individu-individu tidak memiliki kapasitas yang sama untuk memperoleh petunjuk dari cahaya iman.
Labels: MUSLIM NOTES

Thanks for reading Sains dan Iman. Please share...!

Bagikan artikel ke:

Facebook Google+ Twitter

4 Comment for "Sains dan Iman"

Terkadang memang ada orang yang tahu tapi sebenarnya tidak tahu. Ada juga yang terlalu banyak tahu bisa juga membuat orang mudah sombong sehingga menipiskan imannya sedikit demi sedikit. Bahkan ada juga orang yang tahu banyak tapi dia takut untuk bertindak sesuai pengetahuannya. Pada akhirnya selalu berpegang teguh kepada Dzat yang menggenggam hati kita di tangan-Nya yang mampu menyelamatkan kita karena Dia lah yang Maha Kuasa membolak-balikkan iman seorang hamba.

Back To Top