Pengikisan Budaya di Kalangan Remaja

Urang kamari CLBK euy jeung si Marni di sakola -(saya kemarin cinta lama bersemi kembali/CLBK dengan si Marni di sekolah)--

Kalimat itu diucapkan oleh seorang anak sekolah dasar (SD) di tengah perjalanan menuju sekolah bersama teman-temannya. Obrolan yang biasanya diucapkan oleh anak-anak remaja, usia SMA ke atas, namun sekarang sudah banyak anak usia SD yang melakukannya.

Terlepas dari apakah istilah seperti CLBK itu mereka paham maknanya atau tidak, namun serasa tidak pas jika kata-kata itu begitu familier dengan lidah anak ingusan. Anak-anak yang sejatinya penuh dengan suka-cita, tanpa membatasi pergaulan di tengah-tengah sesamanya dengan perasaan yang bukan-bukan, seperti percintaan, permusuhan, atau keributan antar kelompok (geng), sejatinya tidak dahulu mengenal dunia yang belum waktunya, karena tidak sesuai dengan tuntutan tugas kehidupannya.

Rasa cinta yang muncul, berakibat pada cara seseorang memperlakukan teman sepergaulan yang berubah, terutama terhadap lawan jenis. Bila pada usia sebelumnya seorang anak tidak memiliki tuntutan khusus dari teman lawan jenisnya, selain untuk kesenangan yang bernuansa permainan, maka di usia dimana anak sudah menginjak remaja, dia akan menuntut perhatian dan curhatan perasaan yang lebih terhadap lawan jenis dengan disebutnya sebagai pacar.

Remaja akan lebih merasa nyaman bila ada di samping pacarnya, waktunya akan lebih banyak dihabiskan untuk melamun atau pergi berdua. Dalam kondisi ini, anak membutuhkan bimbingan dari orang-orang dewasa di sekitarnya, supaya dapat memahami dengan benar perubahan psikologis yang tengah terjadi dalam fase kehidupannya dan tidak terjerumus pada pergaulan yang salah seperti seks bebas, kumpul kebo atau perilaku menyimpang lainnya.

Sebenarnya perasaan cinta terhadap lawan jenis ini cukup mengganggu diri mereka, diantaranya dapat menyita waktu dan aktivitas. Sekali lagi bimbingan dan perhatian orang tua, guru dan teman di lingkungan pergaulannya sangat dibutuhkan untuk lebih mengarahkan perkembangan kepribadiannya. Namun tidak harus dianggap perubahannya ini sebagai sebuah ancaman, mengingat hal ini merupakan kondisi yang alamiah dan bagian dari fitrah karunia Allah SWT. Tapi, kondisi ini akan lain akibatnya bila terjadi kepada individu yang dalam usia anak-anak.

Penulis yakin, bahwa anak SD seperti yang disebutkan di atas, dia tidak atau belum paham betul dengan istilah CLBK seperti yang diucapkannya, namun karena dunia fantasi dan asosiasinya mendorongnya untuk mencontoh dan menerapkannya dalam pergaulan sehari-hari, dengan anggapan bahwa cara seperti itu lebih trendy dan gaul.

" Bila kondisi hari ini anak muda, bahkan anak usia SD sudah tidak merasa malu untuk mengekspresikan rasa cintanya dengan bahasa dan tindakan yang vulgar, perlu untuk dipertanyakan, ke mana adat dan budaya luhur yang sudah dibangun dan diwariskan oleh pendahulu kita itu sekarang ? "
Labels: REMAJA

Thanks for reading Pengikisan Budaya di Kalangan Remaja. Please share...!

Bagikan artikel ke:

Facebook Google+ Twitter

4 Comment for "Pengikisan Budaya di Kalangan Remaja"

hadeehh,, emang anak jaman sekarang banyak gaayaanya

Iya.. Makanya kita sebagai orang yang lebih tua harus memberikan perhatian kepada mereka supaya tidaj terjadi yabg tidak semestinya

hadeh gigi nya ompong ntar baru tau rasa wkwk

Back To Top